NAMA : YOGA
OKTAVIANTI WIRANATA
NPM :
19210820
KELAS : 3EA21
BAB 1
TEORITIKA ETIKA BISNIS
A. Pendahuluan Teoritika Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
(Velasquez, 2005). Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah
cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.Kesemuanya
ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.Etika bisnis juga merupakan studi yang di khususkan mengenal moral
yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan institusi dan perilaku bisnis.
·
Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia
(1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat, Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,
tentang hak dan kewajiban moral Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang
berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain.
Dua teori
etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan etika teleologi.
·
Etika
Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon,
yang berarti kewajiban. Karena itu, etika deontology menekankan kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik. Menurut etika deontology, suatu tindakan
itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik pada
dirinya sendiri. dengan kata lain, tindakan itu bernilai moral karena tindakan
itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas
dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Jadi, nilai tindakan itu tidak ditentukan
oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
·
Etika Teleologi
berdasarkan dengan etika deontology, etika teleology
justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu
yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Dapat
dikatakan bahwa etika teleology lebih situasional, karena tujuan dan akibat
tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
·
Tiga Norma Umum
a. Norma Sopan Santun, Yaitu norma Yaitu norma
yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah manusia, misalnya cara
berpakaian atau duduk
b. Norma Hukum , Yaitu norma yang dituntut
keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya
demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Norma Moral, Yaitu aturan mengenai sikap dan
perilaku manusia sebagai manusia. Morma ini menyangkut aturan tentang baik
buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai
manusia.
B.
Bisnis
sebuah profesi etis
Bisnis tidak sepenuhnya merupakan sebuah profesi kotor
sebagaimana dianggap sebagian orang. Bisnis dapat menjadi sebuah profesi yang
etis apabila dilakukan dengan aturan-aturan tertentu dan adanya kepastian hukum
yang jelas.
1. Etika Terapan
Etika
terapan disebut juga dengan etika khusus, dimana menerapkan prinsip-prinsip
etis umum, atas perilaku yang dilakukan oleh manusia pada umumnya. Contoh :
etika olahraga, etika sekolah. Etika terapan ini dibagi lagi, menjadi :
·
Etika individual
·
Etika sosial : etika terhadap sesama, etika keluarga,
etika politik.
·
Etika Lingkungan Hidup
2. Etika
Profesi
Salah satu
golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam
pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya, maupun dengan sesama
anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis
(yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3.
Menuju bisnis sebagai profesi luhur
Bisnis menyangkut hubungan antar manusia. Sebagai
kegiatan manusia, bisnis juga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi
bagi keputusan dan kegiatan manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan
lainnya. Etika merupakan bagian penting di dalam masyarakat, dimana etika
sebagai suatu penilaian terhadap sikap baik dan buruknya perilaku individu di
tengah masyarakat. Dalam tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan
suatu kode etik untuk masing masing profesi. Kode Etik itu berhubungan
dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi Prinsip-prinsip
etika pada umumnya berlaku bagi semua orang, serta berlaku pula bagi kaum profesional
. Adapun prinsip-prinsip etika profesi adalah :
·
Prinsip tanggung-jawab
·
Prinsip Keadilan
·
Prinsip Otonomi
·
Prinsip Integritas moral
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan
keahlian dan ketrampilan yang tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas
kiranya bahwa pekerjaan yang kotor tidak akan disebut sebagai profesi.
BAB 1I
BISNIS DAN ETIKA
1. Mitos Bisnis Amoral
Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Inilah
ungkapan-ungkapan menurut De George yang disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Mitos ini mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau
etika tidak ada hubungannya sama sekali. Keduanya adalah dua bidang yang
terpisah satu sama lain. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan
norma-norma bisnis, bukan dengan kategori dan norma etika.
Menurut mitos ini, tujuan dari
bisnis adalah mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya, tanpa mengindahkan
etika dan moral. Aturan yang dipakai dalam bisnis berbeda dengan aturan dalam
kehidupan sosial.
2.
Keutamaannya etika bisnis
Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi
perintah konkret sebagai pegangan siap pakai. Etika sebagai sebuah ilmu yang
terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional.
Manfaat etika bisnis antara lain :
·
Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya akan maju
·
Timbulnya kepercayaan
·
Kemajuan terjaga, jika perilaku etis terjaga
·
Perolehan laba akan meningkat
·
Bisnis akan terjaga eksistensi dan kesinambungannya
3. Sasaran dan
lingkup etika bisnis
Etika bisnis mencakup hubungan
antara perusahaan dengan orang
yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur dan pesaing.
·
Orang yang menanam uang atau investor menginginkan
manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil, sehingga dapat
menghasilkan keuntungan bagi mereka.
·
Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan
produk bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak.
·
Para karyawan menginginkan agar perusahaan mampu membayar
balas jasa yang layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik pangkat
atau promosi jabatan.
·
Pihak kreditur mengharapkan agar semua hutang
perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang
dapat dipercaya dan dibuat secara teratur.
·
Pihak pesaing mengharapkan agar dalam persaingan
dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain.
4. Prinsip-prinsip
etika bisnis
Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis
dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan
sumber daya yang terbatas di masyarakat, apa akibat dari pemakaian sumber daya
tersebut dan apa akibat dari proses produksi yang dilakukan. Etika bisnis
menyangkut usaha membangun kepercayaan antara masyarakat dengan perusahaan,dan
ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka
panjang. Jadi prinsipnya seorang wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan
perbuatan tidak terpuji.
Menjaga etika adalah suatu hal yang
sangat penting untuk melindungi reputasi perusahaan. Masalah etika ini selalu
dihadapi oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga
terus menerus, sebab reputasi sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam
waktu pendek tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini merupakan aset
tak ternilai sebagai good will bagi sebuah perusahaan.
5. Prinsip utama etika bisnis
a. Otonomi
Sikap dan
kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri.
b. Kejujuran
Kejujuran
dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian, kejujuran dalam penawaran barang dan
jasa dengan mutu dan harga yang sebanding, kejujuran dalam hubungan kerja
intern.
c.
Keadilan
Memperlakukan
setiap orang sesuai dengan haknya masing-masing, baik dalam relasi eksternal
maupun internal perusahaan.
d.
Saling
menguntungkan
Bisnis dijalankan sedemikian rupa agar semua pihak menikmati keuntungan.
e.
Integritas moral
Tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis.
6. Etos kerja
Etos Kerja
sebenarnya istilah populer untuk “selera bekerja” yang terdiri dari :
·
Semangat (spirit)
·
Self esteem (harga diri)
·
Trust (keyakinan)
Beberapa
prinsip etos kerja :
·
Kerja adalah Rahmat
·
Kerja adalah Amanah
·
Kerja adalah Panggilan
·
Kerja adalah Aktualisasi
·
Kerja adalah Ibadah
·
Kerja adalah Seni
·
Kerja adalah Kehormatan
·
Kerja adalah Pelayanan
7. Realisasi
Moral Bisnis
Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai
dan ajaran moral, sedangkan moral adalah rumusan sistematik terhadap
anggapan-anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Untuk
menjadi masyarakat abad ke-21, ada dua agenda yang harus kita lakukan. Pertama,
mencari strategi penyebaran tindakan etis agar etika bisnis menjadi konsensus
nasional. Kedua, merekayasa budaya etika bisnis Indonesia, yang mencakup
kepentingan pengusaha, konsumen, pengguna jasa, pekerja, dan lingkungan demi
masa depan yang cerah.
Bisnis tidak bisa dinilai
berdasarkan tolok ukur etika moralitas, karena pertimbangan-pertimbangan moral
dan etika tidak tepat untuk bisnis. Dengan demikian, etika bisnis perlu
berperan sebagai mitos baru bukan sekedar rambu-rambu moralitas.
8. Pendekatan-pendekatan
Stockholder
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan
terutama yang akan atau telah "go public" haruslah menjaga pemberian
informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para investor atau calon
investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan untuk mengambil
keputusan yang keliru.
Dalam hal ini perlu mendapat
perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan
kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi
emiten yang akan menjual sahamnya (mengemisi sahamnya) kepada masyarakat. Di
pihak lain masyarakat juga sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam
bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh
perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin
membeli saham haruslah diberikan informasi secara lengkap dan benar mengenai
prospek perusahaan yang go public tersebut. Janganlah sampai terjadi adanya
manipulasi atau penipuan terhadap informsi atas hal ini.
BAB III
ETIKA UTILITI TARIANISME DALAM
BISNIS
1.
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang
kegunaan atau utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan
diukur dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian
yang terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit. Istilah utilitarianisme
sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis yang berarti
berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act
utilitarianism serta rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai
‘Utilitarianisme tindakan” dan ‘Utilitarianisme peraturan’. Prinsip- prinsip
aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan kepada
dua prinsip, yaitu :
·
asosiasi (association principle) serta
·
kebahagiaan
terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara
singkat terjadi jika : “An action is right from an ethnical point of view if
and only if the sum total of utilities produced by the act is greater than tha
sum of total utilities produced by nay other act the agent could have performed
in its place”. Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa
sakit. Tindakan “yang baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan
kebahagiaan, sedangkan “yang menghasilkan kebahagiaan terbesar.
Bentham berkeinginan untuk mencari
kesamaan mendasar guna mampu memberikan landasan objektif atas semua norma yang
berlaku secara umum serta yang daopat dietrima oleh masyarakat luas. Caranya
ialah dengan menimbang segi-segi manfaat dibandingkan dengan kerugian setiap
tindakan. Tokoh lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill
(1806-1973), seorang pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran
Bentham. Tema sentral dari pemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang
adalah untuk tidak menimbulkan derita bagi sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi
asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula demi kebaikan masyarakat. Jika
diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan oleh masyarakat melalui
penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan
hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya alat-alat produksi, yang
kemudian dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun
kekeliruannya, Mill merupakan pemikir yang secara tegas meghubungkan (dalam
Principles) utilitarianisme. Apabila aliran utilitarianisme hedonis
menitikberatkan ajaran mereka pada kesenangan dan kebahagian perorangan sebagai
tolak ukur, maka aliran utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian Henry
Sidgwick (1838-1900), menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian individu?.
Mereka berpendapat bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan, untuk
meningkatkan kebahagian masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian
perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat
menjelaskan mengapa perbuatan seperti membunuh, berdusta, selingkuh dianggap
secara moral adalah salah, sedang beberapa tindakan lain seperti berterus-terang,
kesetiaan, tepat janji merupakan hal-hal yang benar. Jika orang berdusta ia
merugikan masyarakat karena menebarkan rasa saling tidak percaya diantara
masyarakat sedangkan jika ia berbuat benar maka terciptalah iklim saling
percaya, saling membantu yang mampu memperbaiki kualitas hidup manusia dalam
sebuah masyarakat yang tertib serta rapih. Utilitarianisme sangat berperan
dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal abad ke XIX, banyak pakar ekonomi
berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi, bahwa manusia
senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun
kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat
cocok dengan konsep yang sering terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi.
Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan
sumber daya yang ada tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai
efisien apabila hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan
sumber daya yang ada seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok
utilitarianisme, efisiensi merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang
sebesar-besarnya dengan menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti
yang dijabarkan oleh ilmu ekonomi secara umum.
2.
Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah
asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan
kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk
sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu,
menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan
ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai
Positif Etika Utilitarianisme antara lain.
·
Pertama, Rasionalitas
Prinsip
moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan
kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika
utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
·
Kedua, Utilitarianisme
Sangat
menghargai kebebasan setiap pelaku moral tidak ada paksaan bahwa orang harus
bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
·
Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan
manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan
dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak
orang.
3.
Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian
·
sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia, atau
utiliti, dan
·
sebuah petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraan
(utiliti), yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama pada
kesejahteraan orang per-orang.
4.
Analisa keuntungan dan kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar
adalah yang memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan
sebanyak mungkin. Dalam pandangan kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil
dalam mendeskriminasi kelompok-kelompok minoritas menyebabkan meningkatnya
ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan yang mengijinkan diskriminasi. Keuntungan
dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian tidak
ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.
5.
Kelemahan Etika Utilitarianisme
·
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga
dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
·
Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan
pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh
berkaitan dengan akibatnya.
·
Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
·
Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat
dikualifikasi.
·
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme
saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di
antara ketiganya.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar