jadilah wanita yang sederhana namun berkelas...

jadilah wanita yang sederhana namun berkelas...

Senin, 16 April 2012

CONTOH KASUS PERUSAHAAN SONY


Nama              : Yoga Oktavianti Wiranata
Npm                : 19210820
Kelas               : 2EA17


PENGERTIAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Pendekatan atau teori kepemimpinan ini dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard berdasarkan teori-teori kepemimpinan sebelumnya. Pada pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, karena tiap-tiap organisasi itu memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena adanya lingkungan yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda.
Situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula. Karena banyaknya kemungkinan yang dapat dipakai dalam menerapkan perilaku kepemimpinan sesuai dengan situasi organisasi, maka pendekatan situasional ini disebut juga dengan pendekatan kontingensi; yang dapat berarti kemungkinan.

CONTOH KASUS PERUSAHAAN SONY

Nama Sony Arianto Kurniawan, pemilik situs sony-ak.com menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari terakhir sejak kabar somasi Sony Corporation Jepang terhadapnya. Hal tersebut pun turut berpengaruh terhadap kenaikan trafik internet ke situs tersebut. "Ya sekitar 200 kali lipat lah," ujar Sony AK kepada melalui layanan instant messaging, Senin (15/3/2010) kemarin. Akibat kenaikan trafik itu, pada Senin siang hingga petang, akses ke situs tersebut sedikit terganggu. Sereingkali muncul pesan error pada database saat situs dikunjungi atau membuka halaman-halaman di dalamnya. Namun, jika ditunggu beberapa saat, halaman yang diinginkan tetap muncul. Meski demikian, sejak Senin petang akses ke sony-ak.com kembali normal.
Sony AK mengakui adanya gangguan tersebut meski tidak sampai situsnya down. Ia juga belum berencana menambah bandwidth karena dengan kapasitas yang ada sekarang masih bisa memenuhi kenaikan trafik yang tinggi. Jika dilihat dari tren kenaikan trafik yang dipantau Alexa.com, situs sony-ak.com memang mengalami lonjakan trafik signifikan terutama sejak 12 Maret 2010. Sesuai Alexa, situs sony-ak.com saat ini menduduki peringkat 1.429 situs terpopuler di Indonesia. Sony-ak.com dismasi Sony Corporation Jepang melalui kuasa hukumnya di Indonesia karena dinilai memiliki kesamaan visual dengan domian Sony.
Ini kasus pertama kali di Indonesia, seorang blogger  yang dituntut perusahaan raksasa, karena memakai nama yang mirip dengan nama perusahaan itu. Perusahaan Sony mengajukan tuntutan karena ada seorang blogger yang memakai nama sony-ak.com sebagai domain blognya. Sebenarnya nama domain sony-ak.com merupakan singkatan dari nama sebenarnya yaitu Sony Arianto Kurniawan. Nama domain ini diregister pada 28 Juli 2003. Dan isi blog Sony AK tidak ada hubungan sama sekali dengan produk-produk Sony apalagi merugikan perusahaan Sony Japan.
Kini Sony AK dihadapkan pada dua pilihan, melepas nama domainnya atau diseret ke meja hijau oleh Sony Corp. Secara hukum memakai nama yang sama atau mirip dengan nama sebuah perusahaan atau badan hukum adalah dilarang. Walaupun itu merupakan singkatan nama atau apa pun, sekali lagi memakai nama yang sama dengan merek dagang atau nama perusahaan adalah dilarang, itu yang perlu kita pahami. Banyak pihak menganggap tuntutan Sony Corp Japan ini berlebihan, karena sangat banyak orang Indonesia yang bernama depan Sony. Bagaimana jika Sony Tulung punya website sonytulung.com? Apakah juga akan dituntut oleh Sony Corp? Atau tetangga saya yang bernama Sony Hermawan yang akan membuat toko online bernama sonyhermawan.com?
Dalam kasus Sony AK dan Sony Corp ini, saya berusaha mengambil sikap di tengah-tengah. Disatu sisi Sony AK punya hak memakai nama sony-ak.com karena itu merupakan nama singkatan dia. Tapi di sisi lain Sony Corp juga mempunyai hak untuk mengajukan tuntutan karena nama yang dipakai Sony AK berhubungan langsung dengan merek dagang atau perusahaan Sony. Kekhawatiran kalau nama domain itu nanti disalahgunakan untuk hal yang merugikan Sony Corp mungkin sebagai pertimbangannya.
Satu pelajaran penting bisa kita ambil dari kasus Sony AK dan Sony Corp ini. Hendaknya kita berhati-hati dalam memilih nama domain. Apapun alasannya, atau apapun nama asli kita hendaknya kita lihat dulu apakah nama itu berdampak seperti kasus Sony AK dan Sony Corp. Karena bagaimanapun kita harus tunduk pada undang-undang yang berlaku, bahwa memakai nama domain yang sama atau mirip dengan nama merek dagang adalah tidak boleh…!

KESIMPULAN
Ini kasus pertama kali di Indonesia, seorang blogger  yang dituntut perusahaan raksasa, karena memakai nama yang mirip dengan nama perusahaan itu. Perusahaan Sony mengajukan tuntutan karena ada seorang blogger yang memakai nama sony-ak.com sebagai domain blognya. Sebenarnya nama domain sony-ak.com merupakan singkatan dari nama sebenarnya yaitu Sony Arianto Kurniawan. Nama domain ini diregister pada 28 Juli 2003. Dan isi blog Sony AK tidak ada hubungan sama sekali dengan produk-produk Sony apalagi merugikan perusahaan Sony Japan.
Kini Sony AK dihadapkan pada dua pilihan, melepas nama domainnya atau diseret ke meja hijau oleh Sony Corp. Secara hukum memakai nama yang sama atau mirip dengan nama sebuah perusahaan atau badan hukum adalah dilarang. Walaupun itu merupakan singkatan nama atau apa pun, sekali lagi memakai nama yang sama dengan merek dagang atau nama perusahaan adalah dilarang, itu yang perlu kita pahami. Banyak pihak menganggap tuntutan Sony Corp Japan ini berlebihan, karena sangat banyak orang Indonesia yang bernama depan Sony. Bagaimana jika Sony Tulung punya website sonytulung.com? Apakah juga akan dituntut oleh Sony Corp? Atau tetangga saya yang bernama Sony Hermawan yang akan membuat toko online bernama sonyhermawan.com?
Satu pelajaran penting bisa kita ambil dari kasus Sony AK dan Sony Corp ini. Hendaknya kita berhati-hati dalam memilih nama domain. Apapun alasannya, atau apapun nama asli kita hendaknya kita lihat dulu apakah nama itu berdampak seperti kasus Sony AK dan Sony Corp. Karena bagaimanapun kita harus tunduk pada undang-undang yang berlaku, bahwa memakai nama domain yang sama atau mirip dengan nama merek dagang adalah tidak boleh…!
SUMBER
http://motivasi.petamalang.com/kasus-sony-ak-dan-sony-corp

CONTOH KASUS KEPEMIMPINAN


Nama               : Yoga Oktavianti Wiranata
Npm                : 19210820
Kelas               : 2EA17

CONTOH KASUS KEPEMIMPINAN FAUZI BOWO DAN SBY

Contoh kasus dalam hal ini adalah Pemilu Kada DKI Jakarta 11 Juli mendatang. Aneh tapi nyata, Gubernur DKI saat ini, Fauzi Bowo, kembali jadi calon. Wadah tempat Bowo dicalonkan adalah Partai Demokrat. Publik sudah sama-sama tahu, bahwa Bowo yang saat kampanye Pilkada DKI tahun 2007 mengusung tema kampanye “Serahkan kepada Ahlinya” dalam perjalanan memimpin Jakarta ternyata ‘babak belur’—lantaran tak sesuai dengan slogan yang dia buat.
Tak ada konsep Bowo yang sukses sehubungan dengan “Serahkan kepada Ahlinya”. Justru cibiran sinis diterima Fauzi Bowo, karena dua masalah yang dijanjikan akan tuntas ditangani Bowo tak jua kunjung beres. Macet dan banjir makin tak terbendung. “Serahkan kepada Ahlinya”, nyata-nyata tak ada apa-apanya. Ia hanya slogan kosong, tak punya nilai apa-apa. Dalam perjalanannya Bowo terkesan tak memiliki Visi dan Konsep.
Macet dan banjir di Jakarta tetap tak bisa diatasi. Tak hanya dua problem itu. Program lainnya, misalnya Perda Larangan Merokok di ranah publik, juga tak jalan. Di perkantoran, mall, halte, stasiun, mobil angkutan umum, dan tempat-tempat umum lainnya, orang tetap merokok, mengotori lingkungan dan mengganggu orang lain di sekitarnya. Proyek ini nyata-nyata gagal total! Dalam beberapa tahun terakhir, di setiap bulan Ramadhan, Pemerintah DKI bilang, bahwa mulai Ramadhan ini Jakarta bebas dari gelandangan dan pengemis. Nyatanya, itu cuma omong doang alias omdo!   Faktanya gelandangan dan pengemis bahkan di bulan Ramadhan tambah ramai dan berlanjut pasca Ramadhan. Tak ada yang sesuai antara ucapan dan perbuatan. Parah.
Dalam hal mengatasi kemacetan, sudah berapa kali Pemda dan Dinas Perhubungan DKI menyatakan akan segera menutup sejumlah putaran yang menyebabkan kemacetan, misalnya putaran di kawasan Pasar Minggu. Tapi, itu hanya omdo! Faktanya, itu tak ada actionnya. Tak ada upaya yang jelas dalam mengatasi kemacetan seperti halnya tidak ada konsep yang tokcer untuk membendung banjir.
Jadi, dari gubernur sampai pejabat-pejabat di bawahnya, apa saja sebenarnya yang mereka kerjakan untuk melayani kepentingan rakyat, memberikan kenyamanan, rasa aman dan sejahtera? Ini terpulang ke pemimpin puncaknya, gubernur. Jika Fauzi Bowo berhasil menuntaskan dua saja permasalahan, macet dan banjir, dalam masa 5 tahun kepemimpinnya—saat mana pada masa kampanye Pilkada DKI tahun 2007 dia menjual tagline “Serahkan kepada Ahlinya”—sesuai dengan janjinya, itu sudah cukup. Tapi nyatanya, itu jauh panggang dari api. Tak ada greget selama Bowo memimpin Jakarta.
Tapi, sungguh memprihatinkan, Bowo kembali dicalonkan. Padahal, logikanya orang yang kembali dicalonkan, itu lantaran dia sukses. Nah, apa kesuksesan yang ditelurkan Bowo? Yang kita dengar publik Jakarta umumnya  jengkel dengan sosok yang satu ini. Kritikan dan cemoohan kerap kita dengar. Partai-partai politik yang mencalonkan kembali Bowo sama sekali “menulikan” telinga dan “membutakan” matanya  akan kenyataan bahwa sesungguhnya publik sudah jenuh dan bosan melihat kepemimpinan Fauzi Bowo yang ternyata tak memiliki Visi, Konsep, Program yang jelas dan clear!
Lantas, bagaimana kandidat lainnya? Kita belum tahu, siapa, apa dan bagaimana Visi, Konsep dan Program mereka. Apakah mereka benar-benar sosok yang akseptabel (diterima) publik, kapabel (memiliki kemampuan) dan Kridibel? Tapi, ketimbang mencalonkan kembali Fauzi Bowo yang kita sudah sama-sama tahu pola dan polah kerjanya, dan terbukti gagal dengan tagline “serahkan kepada ahlinya, lebih baik DKI Jakarta memberi kesempatan dan menghadirkan pemimpin yanContoh kasus dalam hal ini adalah Pemilu Kada DKI Jakarta 11 Juli mendatang. Aneh tapi nyata, Gubernur DKI saat ini, Fauzi Bowo, kembali jadi calon. Wadah tempat Bowo dicalonkan adalah Partai Demokrat. Publik sudah sama-sama tahu, bahwa Bowo yang saat kampanye Pilkada DKI tahun 2007 mengusung tema kampanye “Serahkan kepada Ahlinya” dalam perjalanan memimpin Jakarta ternyata ‘babak belur’—lantaran tak sesuai dengan slogan yang dia buat.
Itu kasus kepemimpinan di DKI Jakarta.  Bagaimana di level nasional? Kita sudah sama-sama tahu. Presiden SBY dinilai gagal. Korupsi yang dia janjikan akan diperangi. Bahkan dia bertekad untuk berjihad melawan korupsi, sebagaimana Gubernur DKI Fauzi Bowo, juga hanya mimpi dan slogan kosong. Bahkan justru di partai SBY sendiri korupsi melanda. Slogan “Katakan tidak!” pada korupsi di partainya saat kampanye pemilu 2009 lalu, menjadi bumerang.  Itu hanya satu contoh. Maka, berkaca dari pengalaman, dalam memilih pemimpin yang akan datang, termasuk untuk Jakarta, jangan sampai kita terjebak lagi seperti beli kucing dalam karung! Jika memang tak ada yang layak, buat apa memilih? Jika kita tak memilih karena tak ada yang layak, anggap saja itu sebagai hukuman mereka yang mencalonkan dan yang dicalonkan! Agar orang jangan seenaknya saja ingin jadi pemimpin, padahal tak memenuhi syarat.
Akhirnya, kita ingin yang tampil dan ditampilkan adalah mereka yang benar-benar memenuhi syarat dan kriteria. Yang merasa tak memenuhi syarat, lebih baik tahu diri dan minggir! Terlebih lagi yang sudah pernah memimpin, tapi gagal!  Apa tak malu, jika maju lagi? Ataukah rakyat selalu digiring dan dikerahkan  untuk memilih sosok yang sesungguhnya tak layak?
KESIMPULAN
Gubernur DKI saat ini, Fauzi Bowo Wadah tempat Bowo dicalonkan adalah  Partai Demokrat. Publik sudah sama-sama tahu, bahwa Bowo yang saat kampanye Pilkada DKI tahun 2007 mengusung tema kampanye “Serahkan kepada Ahlinya” dalam perjalanan memimpin Jakarta ternyata ‘babak belur’—lantaran tak sesuai dengan slogan yang dia buat.
Jadi, dari gubernur sampai pejabat-pejabat di bawahnya, apa saja sebenarnya yang mereka kerjakan untuk melayani kepentingan rakyat, memberikan kenyamanan, rasa aman dan sejahtera? Ini terpulang ke pemimpin puncaknya, gubernur. Jika Fauzi Bowo berhasil menuntaskan dua saja permasalahan, macet dan banjir, dalam masa 5 tahun kepemimpinnya—saat mana pada masa kampanye Pilkada DKI tahun 2007 dia menjual tagline “Serahkan kepada Ahlinya”—sesuai dengan janjinya, itu sudah cukup. Tapi nyatanya, itu jauh panggang dari api. Tak ada greget selama Bowo memimpin Jakarta.

Rabu, 11 April 2012

CONTOH KASUS KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN

Dibanyak tempat, kita bisa mendengar orang yang mengeluhkan tentang kepemimpinan seseorang. Biasanya, tentang atasannya. Bunyinya macam-macam, namun intinya sama. Hal ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang cukup lebar antara harapan orang-orang yang dipimpin dengan kualitas kepemimpinan yang ditunjukkan oleh sang pemimpin. Kepemimpinan itu merupakan tanggung jawab yang sangat berat. Setidaknya, begitulah yang pernah saya rasakan. Oleh karenanya, hanya bisa ditunaikan oleh orang-orang yang memiliki komitmen untuk melayani. Mereka yang hanya ingin dilayani tidak akan mungkin berhasil menjalankan misi kepemimpinannya. Maka jika ada suatu kelompok kerja yang berantakan, boleh jadi itu disebabkan karena pemimpinnya belum melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dalam melayani orang-orang yang dipimpinnya. 
Memangnya apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin?
Salah satu lokasi bermain favorit saya sewaktu kecil adalah stasiun kereta api. Hal paling menarik dari kereta api adalah ketika lokomotifnya bergerak menarik gerbong-gerbong yang berjejer. Sebuah lokomotif lebih sering berada di depan. Dia juga tidak pernah meninggalkan salah satu gerbongnya tertinggal ditengah jalan. Persis seperti itulah makna kepemimpinan. Sebagai pemimpin, kitalah yang menjadi lokomotif yang menentukan arah dan kecepatan gerakan anak buah kita seperti lokomtif yang menarik semua gerbongnya.  Jika lokomotif itu diam, maka gerbong pun diam. Makanya, jika kelompok kerja kita dinilai kurang dinamis, kita perlu introspeksi; apakah sebagai seorang pemimpin kita sudah menjadi lokomitif yang yang baik? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi lokomotif kelompok kerja yang baik, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1.    Menjadi mesin bagi kelompok kerja. Sebuah perusahaan hanya merekrut orang-orang terbaik. Sistem seleksi mereka sangat ketat sehingga orang sembarangan tidak mungkin bisa lulus. Kemudian orang-orang terbaik itu dibagi kedalam beberapa kelompok dengan bobot pekerjaan yang sebanding. Di awal tahun, setiap team mengajukan gagasan-gagasan yang brilian. Lalu mereka mendapatkan kesempatan untuk merealisasikannya. Di akhir tahun, sebagian besar kelompok menghasilkan pencapaian sesuai harapan. Tetapi, ada satu team yang menonjol. Bukan hanya hasilnya yang lebih baik, melainkan juga lebih banyak lagi inisiatif yang mereka buat. Antusiasme mereka sangat tinggi. Dan hubungan emosional mereka sangat erat. Apa yang terjadi? Sama seperti gerbong-gerbong yang berjejer di stasiun kereta api di kota kewedanaan kami. Pergerakan mereka sangat ditentukan oleh lokomotifnya. Bahkan orang-orang terbaikpun membutuhkan seorang pemimpinyang sanggup menggerakkan mereka. Jika tidak, mereka hanya akan menjadi sekumpulan orang hebat yang memiliki begitu banyak kemampuan namun tidak terdayagunakan. Sebagai seorang atasan, kita adalah mesin bagi orang-orang yang kita pimpin. Jika kita tidak bergerak, mungkin mereka akan tetap jalan ditempat. Maka kitalah yang menentukan baik buruknya kinerja mereka.
2.     Menentukan arah pergerakan kelompok. Di stasiun itu ada begitu banyak rel yang saling berseliweran. Rumit sekali. Masing-masing menghubungkan jalur utama dengan pool gerbong-gerbong kosong. Setelah gerbong yang satu disambungkan dengan gerbong yang lainnya, lokomotif membawa gerbong-gerbong itu memasuki jalur yang seharusnya, lalu melaju ke arah tujuannya masing-masing. Bahkan orang-orang terbaikpun membutuhkan seorang pemimpin yang sanggup memberikan arah kepada mereka. Jika tidak, mereka hanya akan menjadi sekumpulan orang hebat yang bergerak kearah mana saja yang mereka suka. Sebagai seorang atasan, kita adalah penentu arah bagi orang-orang yang kita pimpin. Arah yang dimaksud bisa berupa sasaran-sasaran jangka pendek, atau jangka menengah. Bisa juga berupa visi jangka panjang. Kearah yang kita sebagai pemimpin tentukan itulah semua orang akan bergerak secara serempak. Jika kita tidak memberi arah yang jelas, mungkin mereka akan memasuki jalur yang keliru sehingga tidak bisa sampai ke tempat yang seharusnya kita tuju..
3.   Menempatkan diri digaris terdepan. Sepanjang yang saya ingat, lokomotif itu jarang sekali berada diposisi yang paling belakang. Dia lebih sering berada di garis paling depan. Hanya sesekali saja dia mendorong gerbong, yaitu ketika dia sedang mengatur letak parkir di pool atau pada saat sedang menyambungkan gerbong yang satu dengan lainnya. Dia memang butuh maju dan mundur. Namun ketika rangkaian kereka api itu sudah siap untuk melaju ke tempat tujuan; sang lokomotif senantiasa berada didepan. Begitu pula halnya dengan seorang pemimpin. Dia tidak hanya berteriak dibelakang meja. Dia juga bersedia berada dibarisan paling depan perjuangan yang dihadapi anak buahnya. Dalam konteks ini, tidak berarti kita mengerjakan tugas-tugas mereka. Karena dalam kepemimpinan berlaku premis  Do your part, I do mine.Setiap orang punya tugas dan perannya masing-masing. Namun semua peran itu hanya akan bisa berjalan dengan baik, jika setiap komponen menunaikan tugasnya dengan baik, dan seperti lokomotif pemimpinnya berada di garis terdepan usaha-usaha yang mereka perjuangkan.
4.     Terus menerus menyemangati. Sebelum kereta berangkat, terdengar bunyi peluit yang khas sekali. Tidak ada peluit lain yang bunyinya seperti itu. Sesaat kemudian lokomotif di stasiun kereta kami mengepulkan asap hitam diiringi bunyi gujes-gujesâ tiada henti. Gerbong-gerbong mengikutinya dibelakang sambil mengeluarkan bunyi gemeretak duk duk duka. Gujes-gujes di depan dibalas dengan geretak duk duk duk di belakang. Disepanjang perjalanan itu, seluruh rangkaian gerbong kereta api berlari sambil menyanyikan lagu mars penyemangat yang terus memnggelora. Seperti itulah gambaran sebuah team yang seharusnya. Pemimpinnya berlari di garis depan sambil tiada henti-hentinya menyemangati, sedangkan orang-orang yang dipimpinnya terus mengikuti sambil meneriakan yel-yel pembakar semangat. Orang-orang yang kita pimpin, membutuhkan dorongan semangat yang tidak pernah putus-putusnya. Maka sebagai seorang pemimpin, kita berkewajiban untuk menyumplai dorongan semangat itu. Selama kita tidak mengenal lelah menyemangati mereka, maka mereka tidak akan pernah kehilangan semangat itu. Karenanya, salah satu fungsi penting dalam proses kepemimpinan kita adalah, terus menerus menyemangati mereka.
5.   Menambahkan human touch. Menjadi pemimpin yang memiliki sifat-sifat lokomotif itu sudah termasuk top banget. Namun, ada satu aspek yang tidak dimiliki oleh lokomotif meskipun hal itu merupakan fungsi kepemimpinan yang sangat penting. Ini bukan soal kelemahan pada lokomotif, namun fakta yang menunjukkan bahwa memimpin manusia itu sungguh sangat berbeda dengan memimpin gerbong-gerbongâ. Sebagai seorang pemimpin, kita membutuhkan pemahaman ini. Realitasnya, kita memimpin mahlukânya yang tidak begitu saja mengikuti kita, atau manut saja terhadap apapun yang kita mintakan mereka melakukannya. Oleh sebab itu, kita membutuhkan kemampuan yang disebut human touchâ, alias sentuhan manusiawi. Artinya, kepemimpinan yang memanusiakanâ mereka. Karena manusia ingin didengar, maka memanusiakan berarti bersedia mendengar. Karena manusia punya aspirasi, maka itu juga berarti kesediaan untuk mendorong dan menyokong aspirasi mereka. Karena manusia mempunyai keinginan untuk dihargai, maka human touch juga berarti kesediaan untuk menghormati dan menghagai harkat martabat orang-orang yang kita pimpin. Pendek kata, seorang pemimpin yang bersedia untuk mempertimbangkan seluruh aspek kemanusiaan orang-orang yang dipimpinnya.

SARANNYA………
Guru kehidupan saya mengabarkan bahwa diantara orang-orang yang paling disukai oleh Tuhan dihari perhitungan adalah orang-orang yang semasa hidup menjadi pemimpin yang adil. Sebaliknya, orang yang paling dibenci Tuhan pada hari itu adalah orang-orang yang semasa hidupnya menjadi pemimpin yang lalai. Maka menjadi pemimpin adalah sebuah pertaruhan; untuk menjadi pribadi yang dicintai Tuhan, atau dibenciNya. Jika sekarang kita sudah mendapatkan amanah kepemimpinan itu, maka dihari kebangkitan nanti kita akan dihadapkan pada kedua kemungkinan itu. Mumpung masih ada waktu, mari kita belajar lagi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Agar kelak, kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang dicintai Tuhan berkat amanah kepemimpinan yang kita tunaikan.